Selamat pagi, siang, sore, petang, dan malam kawan - kawan kaskuser semua yang baik hati
Tahun
2019 merupakan tahun politik. Di tahun ini, Indonesia akan menggelar
hajatan 5 tahunan, pemilihan anggota legislatif dan sekaligus pemilihan
kepala negara. Berbeda dengan pemilu di tahun - tahun sebelumnya, tahun
2019 ini keduanya akan di gelar serentak pada satu waktu. Hal ini tidak
terlepas dari keputusan Mahkamah Konstitusi yang menetapkan pemilu
legislatif dan eksekutif harus di gelar secara bersamaan. Salah satu
dasarnya adalah untuk menghemat biaya.
Seperti yang kita ketahui, untuk menggelar hajatan politik 5 tahunan ini, negara bahkan harus menggelontorkan dana hingga miliaran rupiah untuk sekali pemilu saja. Belum lagi untuk acara pemilihan kepala daerah. Sehingga rasanya tepat jika MK menetapkan agar keduanya di gelar secara serentak.
Oleh karena hal tersebut, jauh sebelum pemilu di mulai, bursa capres dan cawapres sudah mulai menghangatkan politik negeri ini. Setidaknya ada dua kubu, incumbent dan oposisi yang saat ini seolah beradu kekuatan dengan masing - masing koalisinya. Joko Widodo, sang petahana sudah berhasil menggaet enam partai politik parlemen plus tiga parpol baru non parlemen, sedang sang penantang, Prabowo Subianto hingga saat tulisan ini di buat belum secara tegas memiliki mitra yang secara de jure menyatakan diri sebagai koalisinya.
Dua kekuatan ini pulalah yang pada Pilpres 2014 yang lalu adu kuat. Jika menengok pada hasil Plipres tahun 2014, di mana Jokowi hanya mampu unggul tipis di banding rivalnya, bukan tak mungkin tahun depan berbalik angka, meski bukan tak mungkin juga Jokowi kembali memenangkan kontestasi ini.
Seperti yang kita ketahui, untuk menggelar hajatan politik 5 tahunan ini, negara bahkan harus menggelontorkan dana hingga miliaran rupiah untuk sekali pemilu saja. Belum lagi untuk acara pemilihan kepala daerah. Sehingga rasanya tepat jika MK menetapkan agar keduanya di gelar secara serentak.
Oleh karena hal tersebut, jauh sebelum pemilu di mulai, bursa capres dan cawapres sudah mulai menghangatkan politik negeri ini. Setidaknya ada dua kubu, incumbent dan oposisi yang saat ini seolah beradu kekuatan dengan masing - masing koalisinya. Joko Widodo, sang petahana sudah berhasil menggaet enam partai politik parlemen plus tiga parpol baru non parlemen, sedang sang penantang, Prabowo Subianto hingga saat tulisan ini di buat belum secara tegas memiliki mitra yang secara de jure menyatakan diri sebagai koalisinya.
Dua kekuatan ini pulalah yang pada Pilpres 2014 yang lalu adu kuat. Jika menengok pada hasil Plipres tahun 2014, di mana Jokowi hanya mampu unggul tipis di banding rivalnya, bukan tak mungkin tahun depan berbalik angka, meski bukan tak mungkin juga Jokowi kembali memenangkan kontestasi ini.
Yah, begitulah politik. Bisa merubah segalanya. Bahkan media pun bisa
ikut berubah. Seperti yang bisa kita lihat pada dua stasiun televisi,
TVOne dan Metro TV kala pemilu 2014 yang lalu. MetroTV merupakan media
milik Surya Paloh yang notabene merupakan pimpinan salah satu partai
pendukung Jokowi, sedangkan TVOne merupakan media milik Aburizal Bakrie
yang kala itu menjabat sebagai Ketua Umum partai pendukung Prabowo.
Akibatnya, berita di antara kedua media ini pun tak berimbang. Masing -
masing saling berlomba - lomba ngepik - ngepikke calonnya. Celakanya lagi, akibat tak berimbangnya stasiun televisi itu hampir saja memecah belah negeri ini.
Bagaimana tidak? TVOne yang merupakan corong koalisi Merah Putih pimpinan Prabowo sempat menjadi satu dari beberapa stasiun televisi yang menampilkan hasil quick count yang nyentrik, lain dari pada yang lain. Tak hanya melawan arus, di mana kala itu mayoritas hasil quick count menyatakan kemenangan Jokowi, tapi quick count yang di tayangkan TVOne justru memenangkan Prabowo. Lebih syahdunya lagi, akumulasi dari kedua pasangan ini jika di total lebih dari 100%. Bukannya ini aneh bin ajaib?
Berbekal hasil ini, Prabowo dan seluruh anggota koalisi bahkan sudah menyampaikan pidato kemenangan dan sujud syukur di hadapan media. Lalu pertanyaannya, akankah TVOne akan kembali menjadi media yang "beda" tahun depan?
Ada beberapa hal yang memungkinkan bagi TVOne tidak lagi menjadi televisi yang "beda". Salah satunya Partai Golkar, yang kala Pemilu 2014 di pimpin oleh Aburizal Bakrie yang juga merupakan bos TVOne saat ini sudah tak lagi menjadi Ketua Umum Golkar. Partai Golkar saat ini di komandoi oleh Airlangga Hartarto. Terlebih, saat ini Partai Golkar sudah ikut merapat ke kubu petahana sehingga kemungkinan menjadikan TVOne kembali " beda" sangatlah kecil. Begitu juga dengan group MNC yang di komandoi oleh pengusaha sekaligus pendiri Partai Perindo yang kala pemilu 2014 menjadi pendukung Prabowo, tahun ini secara resmi mendukung Joko Widodo sebagai calon presiden.
Bagaimana tidak? TVOne yang merupakan corong koalisi Merah Putih pimpinan Prabowo sempat menjadi satu dari beberapa stasiun televisi yang menampilkan hasil quick count yang nyentrik, lain dari pada yang lain. Tak hanya melawan arus, di mana kala itu mayoritas hasil quick count menyatakan kemenangan Jokowi, tapi quick count yang di tayangkan TVOne justru memenangkan Prabowo. Lebih syahdunya lagi, akumulasi dari kedua pasangan ini jika di total lebih dari 100%. Bukannya ini aneh bin ajaib?
Berbekal hasil ini, Prabowo dan seluruh anggota koalisi bahkan sudah menyampaikan pidato kemenangan dan sujud syukur di hadapan media. Lalu pertanyaannya, akankah TVOne akan kembali menjadi media yang "beda" tahun depan?
Ada beberapa hal yang memungkinkan bagi TVOne tidak lagi menjadi televisi yang "beda". Salah satunya Partai Golkar, yang kala Pemilu 2014 di pimpin oleh Aburizal Bakrie yang juga merupakan bos TVOne saat ini sudah tak lagi menjadi Ketua Umum Golkar. Partai Golkar saat ini di komandoi oleh Airlangga Hartarto. Terlebih, saat ini Partai Golkar sudah ikut merapat ke kubu petahana sehingga kemungkinan menjadikan TVOne kembali " beda" sangatlah kecil. Begitu juga dengan group MNC yang di komandoi oleh pengusaha sekaligus pendiri Partai Perindo yang kala pemilu 2014 menjadi pendukung Prabowo, tahun ini secara resmi mendukung Joko Widodo sebagai calon presiden.
No comments:
Post a Comment