T, Jakarta - Bulan lalu, organisasi kesehatan dunia (WHO) menetapkan kecanduan game atau game disorder sebagai penyakit gangguan kejiwaan.
Beberapa hari setelahnya, seorang bocah asal London, Inggris, dilaporkan mengalami gangguan saluran kemih akibat kecanduan bermain game. Bagi bocah ini, menghadap layar ponsel lebih penting ketimbang buang air kecil. Akibatnya, terjadi sumbatan di saluran kemih. Ia tidak bisa kencing, usus dan perutnya membengkak.
Para dokter di Indonesia segera merespons kebijakan WHO. Dr. Bernie Endyarni Medise, SpAK, MPH, dari Divisi Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta menjelaskan bermain game dengan durasi tidak terkontrol terbukti mengganggu kehidupan anak atau keluarga. Orang tua perlu mengenali gejalanya lalu menangani masalahnya.
Bermain game dikatakan berlebihan jika mulai mengganggu kehidupan personal, keluarga, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.
“Anak dapat mengalami gangguan perilaku, acuh dengan sekitar, lebih tertarik pada game atau gawai. Ia marah bila tidak terpenuhi keinginannya untuk bermain game. Dampak lain yang tak kalah mengerikan mengalami gangguan tidur, karena waktu tidur kerap tersita untuk bermain game,” terang Bernie kepada Bintang di Jakarta, pekan lalu.
Dampak jangka panjang, prestasi si kecil di sekolah menurun karena waktu belajar terpangkas untuk bermain. Konsentrasi belajar terutama di sekolah juga menyusut.
Terkait kasus anak di London yang mengalami gangguan saluran kemih akibat mencandu game, Bernie menyebut hal itu sangat mungkin terjadi di Tanah Air. Tidak hanya menahan pipis dan BAB, anak-anak rela menahan lapar dan haus karena takut ketinggalan permainan.
“Sayangnya masih banyak orang tua yang belum menyadari bahaya gawai dan game pada anak. Seringkali mereka justru memperkenalkan gawai dan game saat usia anak masih sangat muda serta tidak membatasi waktu bermain. Padahal, anak yang bermain game berarti menjalani sedentary life, yaitu waktu dihabiskan lebih banyak di depan layar sambil makan kudapan. Seharusnya mereka melakukan aktivitas fisik di luar dan mendapat sinar matahari yang dibutuhkan tubuh,” urai dia.
No comments:
Post a Comment