Breaking

Post Top Ad

Thursday, August 9, 2018

7 Sastrawan Besar Indonesia Yang Pernah Dipenjara


1. Situr Situmorang

Sitor Situmorang (lahir di Harianboho ,
Tapanuli Utara, Sumatera Utara, 2 Oktober 1923 – meninggal di
Apeldoorn , Belanda , 21 Desember 2014 pada umur 91 tahun) adalah
wartawan , sastrawan, dan penyair
Indonesia

Ia pernah menetap di Singapura (1943), Amsterdam (1950-1951), Paris (1951-1952), dan pernah mengajar bahasa Indonesia di Universitas Leiden ,
Belanda (1982-1990) dan bermukim di
Islamabad , Pakistan (1991) dan Paris.

Pada masa pemerintahan Orde Baru , Sitor dipenjara sebagai tahanan politik di Jakarta mulai dari tahun 1967-1974

2. Mochtar Lubis


Mochtar Lubis (lahir di Padang , Sumatera Barat, 7 Maret 1922 –meninggal di Jakarta , 2 Juli 2004 pada umur 82 tahun) adalah seorang jurnalis dan pengarang ternama asal Indonesia sejak zaman pendudukan Jepang

Beliau turut mendirikan Kantor Berita ANTARA, kemudian mendirikan dan memimpin harian Indonesia Raya yang telah dilarang terbit

Ia mendirikan majalah sastra Horizon bersama-sama kawan-kawannya

Pada waktu pemerintahan rezim Soekarno , ia dijebloskan ke dalam penjara hampir sembilan tahun lamanya dan baru dibebaskan pada tahun 1966. Pemikirannya selama di penjara, ia tuangkan dalam buku Catatan Subversif (1980)


3.Pramoedya Ananta Toer


Pramoedya Ananta Toer (lahir di Blora , Jawa Tengah , 6 Februari 1925 –meninggal di Jakarta , 30 April 2006 pada umur 81 tahun)
Secara luas dianggap sebagai salah satu pengarang yang produktif dalam sejarah sastra Indonesia



Pada tahun 1960-an, pengarang Bumi Manusia ini ditahan oleh pemerintahan Soeharto lantaran pandangan Pro-Komunisnya
Buku-bukunya dilarang beredar dan dia juga dilarang menulis selama berada di ruang tahanan yang berada di Pulau Buru

Dia telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan sudah diterjemahkan ke dalam lebih dari 41 bahasa asing
Pada 1995, dia juga pernah mendapatkan Ramon Magsaysay Award, tetapi sebanyak 26 tokoh sastra Indonesa tidak setuju

Mereka menuding Pram adalah algojo Lekra (Lembaga Kerakyatan) paling galak pada masa demokrasi terpimpin. Salah satu tokoh sastra yang tidak setuju adalah Mochtar Lubis, yang mengancam akan mengembalikan hadiah Magsasay yang diperolehnya jika Pram tetap mendapatkan hadiah yang sama


4.Amir Hamzah



Tengkoe Amir Hamzah yang bernama lengkap Tengkoe Amir Hamzah Pangeran Indra Poetera , atau lebih dikenal hanya dengan nama pena Amir Hamzah (lahir di Tanjung Pura, Langkat , Sumatera Timur , Hindia Belanda , 28 Februari 1911, meninggal di Kwala Begumit, Binjai , Langkat , Indonesia, 20 Maret 1946 pada umur 35 tahun)


Amir Hamzah adalah generasi ke-10 dari Sultan Langkat. Melalui ayahnya, ia terkait dengan Sultan Langkat kala itu, Machmoed.

Ketika invasi Jepang menjadi kenyataan pada awal tahun 1942, Amir adalah salah satu tentara yang dikirim ke Medan untuk mempertahankannya. Dia dan pasukan lainnya yang bersekutu dengan Belanda dengan cepat ditangkap oleh Tentara Jepang. Dia ditahan sebagai tawanan perang sampai tahun 1943





5. Widjhi Tukul



Widji Thukul , yang bernama asli Widji Widodo (lahir di Surakarta , Jawa Tengah , 26 Agustus 1963) adalah sastrawan dan aktivis hak asasi manusia berkebangsaan Indonesia.
Tukul merupakan salah satu tokoh yang ikut melawan penindasan rezim
Orde Baru
Sejak 1998 sampai sekarang dia tidak diketahui rimbanya, dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer


Thukul Mulai menulis puisi sejak SD, dan tertarik pada dunia teater ketika duduk di bangku SMP. Bersama kelompok Teater Jagat, ia pernah ngamen puisi keluar masuk kampung dan kota. Sempat pula menyambung hidupnya dengan berjualan koran, jadi calo karcis bioskop , dan menjadi tukang pelitur di sebuah perusahaan mebel

Pada Oktober 1989, Thukul menikah dengan istrinya Siti Dyah Sujirah alias Sipon yang saat itu berprofesi sebagai buruh
Tak lama semenjak pernikahannya, Pasangan Thukul-Sipon dikaruniai anak pertama bernama Fitri Nganthi Wani, kemudian pada tanggal 22 Desember 1993 anak kedua mereka lahir yang diberi nama Fajar Merah






6. WS Rendra



W.S. Rendra yang memiliki nama asli Willibrordus Surendra Broto Rendra (lahir di Solo , Hindia Belanda, 7 November 1935 – meninggal di Depok, Jawa Barat, 6 Agustus 2009 pada umur 73 tahun) adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia
Sejak muda, dia menulis puisi, skenario drama, cerpen, dan esai sastra di berbagai media massa


Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris , Belanda , Jerman , Jepang, dan India.

Sejak tahun 1977 ketika ia sedang menyelesaikan film garapan Sjumanjaya, Yang Muda Yang Bercinta ia dicekal pemerintah Orde Baru
Semua penampilan di muka publik dilarang






7. Hersri Setiawan



Hersri Setiawan (lahir di Yogyakarta , 3 Mei 1936 adalah seorang sastrawan Indonesia yang pernah lama ditahan di Pulau Buru karena keterlibatannya dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) pada tahun 1950-an


Pada 1961- 1965 ia diangkat menjadi wakil Indonesia dalam organisasi Persatuan Pengarang Asia-Afrika dan ditempatkan di pusat organisasi itu di
Kolombo , Sri Lanka

Karena pergolakan politik yang disebabkan oleh pergantian rezim di negara itu, pada bulan Agustus 1965 Hersri kembali ke Indonesia
Namun di negara kelahirannya itu, ia menghadapi pergolakan yang jauh lebih hebat, yaitu peristiwa G30S yang terjadi sebulan setelah ia kembali ke Indonesia

Karena organisasinya dianggap terkait dengan Partai Komunis Indonesia, Hersri pun dianggap tersangkut dalam G30S , dan karenanya ditangkap dan menjadi tahanan politik Orde Baru
Ia ditahan berpindah-pindah dari RTC (Rumah Tahanan Chusus) Salemba, ke penjara Tangerang, lalu mendekam di
Pulau Buru selama sembilan tahun (1969 - 1978)


No comments:

Post a Comment

loading...

Post Top Ad

Your Ad Spot